P5 SMPN 3 Bontang, Belajar Memecahkan Masalah Lingkungan Lewat Aksi Nyata

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMP Negeri 3 Bontang

Bontang – Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMP Negeri 3 Bontang bukan sekadar ajang memamerkan hasil karya. Lebih dari itu, P5 menjadi ruang edukatif bagi siswa untuk mengenal persoalan lingkungan sekitar dan menemukan solusi kreatif melalui pendekatan lintas disiplin.

Pada Jumat (23/5/2025), sekolah menggelar gelar karya bertajuk Karya Simfoni Plastik: Harmoni Daur Ulang dalam Karnaval Ceria dan Ecobrik untuk Menyelamatkan Bumi. Acara ini menjadi selebrasi hasil pembelajaran siswa dalam tema ‘Gaya Hidup Berkelanjutan’.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Rahayu Novita menyebut, gelar karya merupakan bagian dari rangkaian proses belajar yang meliputi pengenalan isu, kontekstualisasi, aksi nyata, hingga refleksi.

“P5 bukan sekadar pagelaran. Ini adalah cara bagaimana guru membuka wawasan siswa dalam memecahkan isu di sekitarnya, seperti sampah plastik di lingkungan sekolah,” katanya saat dikonfirmasi, Jumat (23/5/2025)

Dalam program tersebut, siswa kelas 7 dan 8 diberikan tantangan berbeda. Siswa kelas 7 membuat kostum dari bahan daur ulang seperti karton, kain perca, dan botol plastik.

Sementara itu, kelas 8 menciptakan Ecobrik dari botol plastik yang diisi padat dengan sampah, menjadi semacam bata ramah lingkungan. Produk mereka kemudian dirangkai menjadi instalasi bertuliskan I Love Spentig (SMPN 3).

Staf Kesiswaan SMP N 3 Bontang Hasnawati menyebut, sebanyak 208 siswa kelas 8 berhasil memproduksi sekitar 600 Ecobrik, masing-masing berbobot sekitar 350 gram. Kemudian, siswa kelas 7 yang berjumlah 210 orang bekerja dalam kelompok untuk menciptakan kostum bertema daur ulang.

“Persiapan sudah dilakukan sejak sebelum puasa. Mereka bekerja bersama dan iuran secukupnya untuk perlengkapan seperti lem dan kawat. Hasilnya luar biasa,” ujarnya.

Melalui kegiatan ini, siswa diajak untuk berpikir kritis dan kreatif. Mereka tidak hanya memproduksi karya, tetapi juga menyadari bahwa sampah bisa menjadi sumber solusi, bukan sekadar masalah.

“Ini adalah proses pembelajaran yang menekankan pada empati terhadap lingkungan dan keberanian untuk bertindak,” sambung Rahayu.

Dihubungi terpisah, Plt Kepala Disdikbud Bontang Saparuddin menyatakan, dukungan penuh terhadap P5 dan berbagai inisiatif kreatif yang muncul dari sekolah-sekolah.

“Kami mendorong guru dan siswa untuk terus aktif menghadirkan pembelajaran yang kontekstual dan berdampak langsung pada karakter anak,” ucapnya.

Sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka, P5 bertujuan mencetak pelajar yang berjiwa Pancasila berpikir kritis, peduli lingkungan, dan mampu bekerja sama dalam menyelesaikan masalah nyata. Di SMPN 3 Bontang, visi ini mulai tampak nyata dari botol plastik bekas yang kini bermakna. (Adv/Rae)